[BINGKAI BUDAYA BALI]
Tumpek Krulut adalah hari suci umat Hindu Bali untuk memuliakan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang diyakini hadir dalam manifestasi sebagai Dewa Iswara atau Kawiswara. Perayaan Tumpek Krulut jatuh pada hari Sabtu Kliwon, dalam rangkaian wuku Krulut, yang terjadi setiap enam bulan atau 210 hari dalam kalender Bali. Hari Tumpek Krulut dimaknai sebagai hari untuk menumbuhkan rasa cinta kasih terhadap sesama manusia. Oleh karena itu, Tumpek Krulut juga disebut sebagai hari kasih sayang versi umat Hindu Bali.
Tumpek keempat dari enam tumpek di Bali Tumpek Krulut adalah tumpek keempat dari enam tumpek (Tumpek Landep, Tumpek Wariga, Tumpek Kuningan, Tumpek Klurut, Tumpek Uye, Tumpek Wayang) dalam siklus kalender Bali Kata Tumpek berasal dari gabungan kata "metu" yang artinya bertemu, dan "mpek" yang berarti akhir, sehingga tumpek dapat diartikan hari pertemuan. Sedangkan Krulut berasal dari kata "Lulut" yang memiliki arti cinta kasih, kegembiraan, serta kebahagiaan. Karena itu, Tumpek Krulut juga dikenal dengan nama Tumpek Lulut. Dalam Lontar Sundarigama, disebutkan bahwa Tumpek Krulut adalah hari suci yang dirayakan untuk melakukan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Iswara, sebagai manisfestasi Tuhan yang membidangi berbagai unsur seni dan keindahan. Tumpek Krulut juga diartikan sebagai Tumpek Gong, Odalan Gong, atau Otonan Gong, karena gong atau gamelan merupakan alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian yang indah dan sarana yang menampilkan tabuh atau suara-suara suci dalam kehidupan adat dan budaya di Bali.
Pada hari perayaan Tumpek Krulut, dilakukan upacara penyucian (otonan) Sarwa Tetangguran (gamelan/alat musik), disertai dengan pagelaran tarian seperti Legong Kuntul, tari Barong Landung, dan lain sebagainya. Penyucian dilakukan dengan menyipratkan air suci ke set gamelan yang akan disucikan untuk menghilangkan hal-hal buruk yang menempel pada gamelan. Selanjutnya, masyarakat Bali memberikan sesajen, yang merupakan simbol persembahan kepada Dewa Iswara. Jenis sesajen yang disajikan beragam, biasanya terdiri dari ajuman, tigasan, peras pengambean, dan tipat/ketupat gong. Sesajen diletakkan di dekat alat musik dengan tujuan agar suara gamelan terdengar cantik dan indah.
Tujuan dari upacara ini adalah untuk memberikan keindahan suara dan taksu (pancaran kekuatan atau aura) kepada alat musik. Taksu memungkinkan seni untuk menjadi hiburan yang memuliakan kehidupan. Selain itu, taksu yang diturunkan pada hari Tumpek Krulut diyakini mampu menumbuhkan rasa cinta kasih dan kebahagiaan. Dari sanalah Tumpek Krulut kerap disebut sebagai hari kasih sayang umat Hindu di Bali.
Sumber : https://www.kompas.com/stori/read/2024/04/16/120000879/tumpek-krulut-hari-kasih-sayang-umat-hindu-bali?page=2